الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على إمام المرسلين نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين
Tidak diragukan lagi bahwa salah satu tujuan utama seorang guru teladan adalah mengarahkan murid-muridnya ke hal-hal yang bisa mendekatkan mereka kepada Allah ta'ala, baik itu berupa amal shalih, akhlak yang mulia, maupun berpegang teguh kepada
keimanan yang murni, yang mana para makhluk tidaklah Allah ciptakan melainkan hanya untuk menunaikan tujuan utama tersebut.
keimanan yang murni, yang mana para makhluk tidaklah Allah ciptakan melainkan hanya untuk menunaikan tujuan utama tersebut.
Tujuan mulia ini selayaknya menjadi titik tolak langkah seorang guru teladan.
Merupakan salah satu hal yang amat bermanfaat bagi para guru matematika khususnya: agar melontarkan dalam bidangnya soal-soal matematika yang disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur'an maupun dalam hadits-hadits nabi r yang shahih yang berkenaan dengan dzikir-dzikir harian seorang muslim ataupun ritual ibadahnya. Dengan tujuan menguatkan ikatan generasi muda dengan keimanan, ibadah dan senantiasa ingat kepada Allah 'azza wa jalla.
Merupakan salah satu hal yang amat bermanfaat bagi para guru matematika khususnya: agar melontarkan dalam bidangnya soal-soal matematika yang disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur'an maupun dalam hadits-hadits nabi r yang shahih yang berkenaan dengan dzikir-dzikir harian seorang muslim ataupun ritual ibadahnya. Dengan tujuan menguatkan ikatan generasi muda dengan keimanan, ibadah dan senantiasa ingat kepada Allah 'azza wa jalla.
Di sini kami ingin membawakan beberapa soal-soal matematika, sebagai contoh, yang semoga bisa membantu para guru matematika untuk menggapai tujuan yang mulia ini.
Soal Pertama:
Soal Pertama:
Allah ta'ala berfirman (yang artinya): "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui". QS. Al-Baqarah ayat 261.
Pertanyaan:
Berapakah jumlah benih yang ada setelah dilipat gandakan?
Jawaban:
7 x 100 = 700 biji.
Soal Kedua:
Allah ta'ala berfirman (yang artinya): "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun". QS. Al-'Ankabut ayat 14.
Pertanyaan:
Berapa tahun nabi Nuh 'alaihissalam mendakwahi kaumnya?
Jawaban:
1000 – 50 = 950 tahun.
Soal Ketiga:
Allah ta'ala berfirman (yang artinya): "(Seorang ibu) mengandung (anaknya) dan menyusuinya selama tiga puluh bulan". QS. Al-Ahqaf ayat 15.
Allah ta'ala juga berfirman (yang artinya): "Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh". QS Al-Baqarah ayat 233.
Allah ta'ala juga berfirman (yang artinya): "Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh". QS Al-Baqarah ayat 233.
Pertanyaan:
Berapa bulankah batas minimal seorang anak berada dalam kandungan ibunya?
Jawaban:
2 tahun = 24 bulan
Batas minimal seorang anak berada dalam kandungan ibunya: 30 – 24 = 6 bulan.
Soal Keempat:
Allah ta'ala berfirman (yang artinya): "Lailatul qodar lebih mulia dari seribu bulan". QS. Al-Qadr ayat: 3.
Pertanyaan:
a. Berapa tahunkah kemuliaan satu lailatul qodar?
b. Berapa harikah keutamaan satu lailatul qodar?
b. Berapa harikah keutamaan satu lailatul qodar?
Jawaban:
a. Keutamaan satu lailatul qodar: 1000 : 12 = 83,33 tahun.
b. Jiikalau 1 bulan = 30 hari, berarti keutamaan satu lailatul qodar: 1000 x 30 = 30.000 hari.
b. Jiikalau 1 bulan = 30 hari, berarti keutamaan satu lailatul qodar: 1000 x 30 = 30.000 hari.
Soal Kelima:
Allah ta'ala berfirman (yang artinya): "Dan mereka (ashabul kahfi) tinggal di dalam gua mereka selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). QS. Al-Kahfi ayat 25.
Pertanyaan:
Berapa tahunkah ashabul kahfi tinggal di dalam gua mereka?
Jawaban:
300 + 9 = 309 tahun.
Soal Keenam:
Dari Abdullah bin Zubair radhiyallahu 'anhuma, rasulullah r bersabda: "Mengerjakan satu shalat di masjidku (masjid nabawi) ini lebih mulia daripada shalat di masjid-masjid yang lain, kecuali masjidil haram. Dan mengerjakan satu shalat di masjidil haram lebih mulia daripada shalat di masjidku (masjid nabawi) sebanyak 100 kali shalat"[1].
Pertanyaan:
Berapa kalikah keutamaan shalat di masjidil haram dibandingkan dengan shalat di masjid yang lain selain masjid nabawi?
Jawaban:
1000 x 100 = 100.000 kali shalat.
[1] HR. Ahmad (4/5), dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami' (3735).